Oleh: Abdul Rachim
Kabupaten Belitung Timur, dengan panorama alam yang menakjubkan dan potensi sumber daya mineral yang melimpah, menyimpan prospek signifikan untuk berkembang menjadi salah satu kabupaten terdepan di Indonesia. Keindahan pulau ini, yang terkenal dengan
pantai-pantai berpasir putih dan perairan jernih, telah menjadi magnet pariwisata yang menjanjikan. Namun, di balik pesona alamnya, Belitung Timur masih menghadapi tantangan substansial dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja lokal menjadi salah satu strategi kunci yang perlu diimplementasikan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Belitung Timur menunjukkan bahwa dengan jumlah angkatan kerja sebesar 72.121 orang, masih terdapat 1.735 orang yang belum bekerja atau 2, 4% (BPS Kabupaten Belitung Timur, 2024). Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif dapat berperan sebagai penggerak vital bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi dan pada gilirannya berkontribusi pada penurunan tingkat kemiskinan di wilayah ini. Menurut studi yang dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (2022), peningkatan keterampilan tenaga kerja lokal dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi angka pengangguran.
Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengungkapkan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur mencapai 6, 73%, menempatkan kabupaten ini pada posisi ke-7 dalam peringkat Kabupaten/Kota se-Provinsi
Bangka Belitung. Angka ini mengindikasikan urgensi untuk merancang dan mengimplementasikan strategi pengentasan kemiskinan yang komprehensif dan tepat
sasaran. Salah satu pendekatan yang dipandang efektif adalah dengan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal yang bisa berkompetisi secara global. Strategi ini didasarkan pada pemahaman bahwa terdapat korelasi positif antara peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi dan penurunan tingkat kemiskinan. Investasi dalam pengembangan keterampilan tenaga kerja dapat menjadi katalis bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pengurangan kesenjangan sosial di negara-negara
berkembang.
Langkah fundamental dalam upaya peningkatan daya saing tenaga kerja di Kabupaten Belitung Timur adalah melakukan pemetaan komprehensif terhadap kebutuhan dan kompetensi tenaga kerja yang diperlukan oleh berbagai sektor industri di Pulau Belitung. Pemetaan ini mencakup industri primer, sekunder, jasa, serta industri kreatif yang berkembang di wilayah tersebut. Melalui sinergi yang erat antara Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, para pelaku usaha, serta lembaga pendidikan vokasi baik negeri maupun swasta, dapat dilakukan identifikasi secara akurat mengenai keterampilan yang paling dibutuhkan oleh sektor usaha di Kabupaten Belitung Timur.
Pendekatan ini sejalan dengan konsep "link and match" yang diadvokasi oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Konsep ini menekankan urgensi untuk menyelaraskan kurikulum pendidikan dan program pelatihan dengan kebutuhan aktual dunia kerja, guna menciptakan tenaga kerja yang relevan dan siap pakai. Dengan kesesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan Dunia industri maka secara langsung akan berkorelasi positif dengan produktivitas dalam pekerjaan yang dijalani dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pengembangan program pelatihan vokasi yang tepat sasaran menjadi elemen krusial dalam meningkatkan daya saing tenaga kerja di era Revolusi Industri 4.0. Program-program ini harus dirancang dengan visi jangka panjang, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini, tetapi juga mengantisipasi tren masa depan yang dinamis (Schwab, 2019). McKinsey Global Institute (2022) menyatakan bahwa “Some companies are already planning to shift to flexible workspaces after positive experiences with remote work during the pandemic, a move that will reduce the overall space they need and bring fewer workers into offices each day”. Fleksibelitas ruang kerja telah memberikan dampak positif selama pandemi sehingga membuat beberapa perusahan berencana untuk menempatkan sedikit pekerja untuk berada dikantor. Hal tersebut menunjukkan bahwa otomatisasi dan digitalisasi akan mentransformasi lanskap ketenagakerjaan secara signifikan dalam dekade mendatang. Konsekuensinya, pelatihan dalam bidang teknologi informasi, kecerdasan buatan, dan analisis data harus diprioritaskan untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi perubahan ini.
Meskipun pengembangan hard skills tetap penting, peningkatan soft skills menjadi sama kritisnya di era digital. Kemampuan komunikasi efektif, kolaborasi dalam tim, dan adaptabilitas terhadap perubahan merupakan keterampilan yang sangat dicari oleh pemberi kerja kontemporer. Penelitian mutakhir dari Harvard Business School (2021) mengungkapkan bahwa karyawan dengan soft skills yang mumpuni cenderung menunjukkan produktivitas lebih tinggi dan memiliki prospek karir yang lebih cerah. Lebih lanjut, integrasi program pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan menjadi vital untuk melahirkan generasi pemimpin bisnis lokal yang mampu menjadi katalis pertumbuhan ekonomi Belitung Timur.
Peran pemerintah daerah dalam menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pengembangan tenaga kerja merupakan faktor krusial. Hal ini mencakup penyediaan infrastruktur pendidikan yang memadai, serta menjalin kerjasama strategis dengan berbagai lembaga pendidikan seperti BLV Belitung, BLK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan BLK-BLK di luar Pulau Belitung. Selain itu, perluasan program pemagangan yang melampaui kerjasama yang telah terjalin dengan Panasonic menjadi prioritas. Pemberian insentif bagi perusahaan yang melaksanakan pelatihan karyawan dan implementasi kebijakan yang mendorong investasi di sektor-sektor padat karya di Kabupaten Belitung Timur juga perlu diintensifkan. Sehingga kebijakan pemerintah yang berpihak pada tenaga kerja dan investasi tersebut, akan dapat mengakselerasi proses pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja berkualitas. Menurut Emerson & Nabatachi (2022) “Collaborative Governance Regimes breaks new conceptual and practical ground by presenting an integrative framework for working across boundaries to solve shared problems, a typology for understanding variations among collaborative governance regimes, and an approach for assessing both process and productivity performance”. Dengan pendekatan collaborative governance yang melibatkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, perguruan tinggi, media massa, dan masyarakat secara terintegratif untuk bekerja lintas batas maka segala permasalahan ketenagakerjaan akan terpecahkan sehingga program peningkatan daya saing tenaga kerja di Kabupaten Belitung Timur akan berhasil melalui kinerja yang baik setiap komponen dan produktifitasnya pun terjaga.
Inovasi terobosan yang dapat diimplementasikan oleh pemerintah daerah melalui skema Public-Private Partnership (PPP) dalam pengembangan sumber daya manusia telah terbukti efektif di berbagai negara berkembang antara lain Italia, Belanda, Norwegia, Jordan, Kazakstan dan masih banyak negara lainnya (OECD, 2022). Di Belitung Timur, adaptasi model kerjasama ini dapat diwujudkan melalui penciptaan program magang terstruktur, pelatihan berbasis kebutuhan industri, dan skema pembiayaan pendidikan yang inovatif kolaborasi antara pemerintah dan swasta. Penerapan model kolaborasi multi-stakeholder dalam mempercepat pembangunan ekonomi daerah sangat penting terutama dalam implementasi keberhasilan PPP pada negara berkembang.
Peningkatan daya saing tenaga kerja harus dipandang sebagai investasi strategis jangka panjang dalam konteks pembangunan berkelanjutan Kabupaten Belitung Timur. Meskipun hasil dari upaya ini mungkin tidak terlihat secara instan, namun dengan komitmen yang konsisten dan implementasi yang terencana dan sistematis, strategi ini berpotensi menjadi katalis utama dalam mengoptimalkan potensi ekonomi Belitung Timur secara komprehensif.
Pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan tidak hanya berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan, tetapi juga dapat mentransformasi Belitung Timur menjadi model pembangunan yang inovatif dan dapat direplikasi oleh daerah lain di Indonesia.Investasi dalam peningkatan kualitas tenaga kerja memiliki efek multiplier yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Daerah dengan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing global cenderung lebih resilient dalam menghadapi guncangan ekonomi dan lebih cepat dalam adopsi teknologi baru. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia 2045 yang menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia sebagai fondasi daya saing nasional.
Dengan pendekatan holistik dalam pengembangan tenaga kerja, Belitung Timur berpotensi tidak hanya mengatasi tantangan kemiskinan, tetapi juga menjadi pionir dalam menciptakan model pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Strategi ini dapat menjadi blueprint bagi daerah lain di Indonesia dalam mengoptimalkan potensi lokal mereka.
Referensi:
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Belitung Timur. (2024). Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Belitung Timur 2024. BPS Kabupaten Belitung Timur.
2. Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (2023). Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2023. BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Emerson, K., & Nabatchi, T. (2022). Collaborative Governance Regimes. Georgetown University Press.
4. Harvard Business School. (2021). The Importance of Soft Skills in the Workplace. Harvard Business Review.
5. Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. (2022). Laporan Studi Dampak Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Kemnaker RI.
6. McKinsey Global Institute. (2022). The Future of Work after COVID-19. McKinsey & Company.
7. OECD. (2022). Public-Private Partnerships in Education: Learning from International Experience. OECD Publishing.
8. Schwab, K. (2019). Revolusi Industri Keempat. PT. Gramedia Pustaka Utama.